Niluh Wahyu Ardanareswari namaku. Perempuan asal Bali Singaraja yang hidup sederhana di Gempol Pasuruan. Tapi lebih dekat arah ke Porong Sidoarjo yang jauh dari keramain kota. Aku hidup sederhana sekali. Tapi tinggi cita-citaku: Pramugari.

“Bu aku pengen jadi pramugari…” kataku kepada ibuku. “Pramugari itu harus tinggi, putih, cantik dan pandai bahasa inggris! Sedangkan kamu hitam, dari kampung mana tahu jadi pramugari itu gimana. Pramugari itu di Jakarta sana.” Respon ibuku. Ya ampun ibuku menciutkan nyaliku. Dengan keberanian aku membela diri, “Kalau masalah cantik kan relatif bu. Yang penting otaknya, terus kalau masalah kulit aku hitam tapi miss universe juga hitam bahkan lebih hitam dari aku. Dan walaupun dari kampung aku bisa bersaing dengan anak kota. Kan sama-sama makan nasi juga.” Huh…

Akhirnya aku mencari tahu semua hal tentang pramugari dan menghubungi guru BK di SMA ku. Ya Sma 1 Porong. Ternyata ada kakak kelasku yang juga jadi pramugari di Batavia air. Sebelumnya dia mengikuti training di Avia Nusantara Training Center. Akhirnya aku pun mendaftarkan diriku di Avia Nusantara Training center. Yaah dengan kepedeanku dengan hanya berbekal lancar bahasa inggris saja. Dikelas nilai bahasa inggrisku lumayan loh.. heehe… ya walaupun hitam hitam anak pantai. Aku tetap pede.

Loloslah aku seleksi masuk Avia Nusantara. Aku mengikuti training dengan sungguh-sungguh. Semua yang instruktur ajarkan aku serap ilmunya. Tak lupa aku pun rajin bertanya agar aku semakin mengerti seluk beluk dunia penerbangan. Hal itu membuat aku dikenal menjadi anak yang aktif di kelas. Hehhehhe.. Dengan mendapatkan ilmu mental building dan basic costumer excellent aku jadi mendapatkan ilmu baru bagaimana cara menghadapi orang baru dan cara berkomunikasi yang baik dan benar. Lalu aku juga mendapat materi grooming and ettiqutte agar kita bisa sopan santun dan lebih berkelas seperti ibu-ibu pejabat. Hehhhe semua ilmu yang aku dapatkan di Avia Nusantara aku terapkan.

Tibalah saat perekrutan pertama. Dan aku gagal. Mungkin karena mental ku masih cemen. Perkenalan diri saja masih gemetar tapi aku tak boleh patah semangat. Percobaan pertama semua ilmuwan juga selalu gagal. Aku mulai mempersiapkan diriku lebih baik kagi. Knowledge juga aku asah. (Pisau kali diasah). Lalu tiba juga saatnya perekrutan airlines favoritku: AirAsia. Well I think this will be my show time. Dengan hati yang penuh suka cita aku ikuti tahap demi tahap. Aku sudah bagai diatas angin ketika mendengar namaku masuk sebagai salah satu kandidat yang lolos. Tapi apa?? Aku gagal, again. Disitulah aku benar-benar terpuruk. Menangis sedih dan merasa benar-benar tak mampu. Aku pun tersadar saat tes pertama aku tidak pede, aku minder dan hasilnya aku gagal. Tes kedua aku terlalu pede (Sumpah deh pedeku tingkat dewa). Dan itupun tidak baik. Tuhan memberiku teguran atas hal itu. Aku pun mencoba mengoreksi diriku. Apa yang salah. Akupun terus berdoa.

Finally Lion Air came to jogja. Aku pasrah . Aku berusaha melakukan yang terbaik. Sisanya aku serahkan pada Tuhan. Menunggu hasil tes sambil menyanyikan lagunya cerrybelle judulnya Tuhan. “Tuhan Tolong aku, ku tak dapat menahan rasa di dadaku…” Dan akhirnya aku lolos. Ye ye ye ye… akhirnya anak kampung bisa ke jakarta. Jadi pramugari. Dan apa perjuangan sudah berakhir dengan bahagia?? Belum pemirsa. Aku masih juga berjuang menjalani ujian akhir untuk bisa menjadi pramugari yang sebenarnya yaitu ujian di Kementrian Perhubungan Udara demi mendapatkan license sebagai pramugari. Dan akhirnya anak kampung Lumpur Porong Lapindo bisa ke Jakarta menjadi pramugari. Dengan kegagalan dan perjuangan kita jadi lebih bisa menghargai apa yang kita miliki. Sekarang aku sudah benar-benar menjadi pramugari dan itu tidak mudah. Terima kasih Tuhan, Orang Tuaku, Kekasihku dan Avia Nusantara yang telah mengantarkan anak kampung ini menjadi pramugari. Best regards to all my instructors in Avia Nusantara, I’m nothing without you. You all are the best.

1393409_718075068202564_813645814_n1492953_718075074869230_945451906_n